SKS atau Blok ? Apa Perbedaannya ??

      Banyak anak SMA yang mendambakan kuliah kedokteran di Indonesia, tapi tak banyak pula yang mengetahui perbedaan sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran (FK) ini. Teman-temanku yang notabene anak kedokteran pun ku yakini banyak yang tidak mengerti dengan jelas perbedaannya. Nah perlu kalian ketahui bahwa di FK ini menggunakan sistem blok, bukan Satuan Kredit Semester (SKS) yang lumrah digunakan di fakultas lain. Setelah menempuh satu semester menggunakan sistem blok serta mengobrol bersama teman fakultas lain, ada beberapa hal yang ku catat bisa membedakan sistem blok dengan SKS. Untuk memudahkan pula, aku akan menggunakan istilah makes (mahasiswa SKS) dan mabok (mahasiswa blok).

1. IP (Indeks Prestasi)
      Jika dalam rapot SMA ada nilai rata-rata, maka di dunia perkuliahan nilai rata-rata itu disebut IP. Baik SKS maupun blok tidak memiliki perbedaan pada hal satu ini, hanya yang membedakan adalah fungsinya. Mabok tidak akan menggunakan nilai IP untuk menentukan jumlah SKS mereka di semester selanjutnya sedangkan IP bagi makes sangat mempengaruhi jumlah SKS yang dapat mereka ambil. Semakin besar IP seorang makes, maka SKS yang dapat ia ambil pun akan semakin tinggi pula.

2. SKS (Satuan Kredit Semester)
     Anak makes, katakan lah di dunia hukum, terdapat mata kuliah yang namanya hukum pidana di semester 2, lalu di semester selanjutnya mereka juga akan mendapatkan mata kuliah hukum pidana kembali dengan materi yang berbeda tentunya. Materi yang dipecah-pecah seperti ini membuat beban belajar seorang makes di setiap mata kuliahnya terkesan lebih ringan karena tiap mata kuliah kebanyakan hanya berjumlah 2-4 SKS di tiap semester.
      Bagi para mabok, hal ini tidak akan terjadi karena mata kuliah yang dipecah-pecah seperti hukum pidana di atas akan dijadikan satu dalam suatu semester. Misalkan makes mendapatkan mata kuliah hukum pidana yang masing-masing 3 SKS dalam dua semester, maka anak mabok akan mendapatkan mata kuliah hukum pidana 6 SKS dalam satu semester sekaligus. Jumlah SKS yang besar ini tentulah akan membuat repot seorang mahasiswa blok jika harus mengulangi mata kuliah tersebut.
      Seperti yang kita ketahui, mahasiswa memiliki 24 SKS penuh dalam satu semesternya, maka dari itu, untuk memenuhi kuota 24 SKS ini tidaklah mengherankan jika anak makes akan memiliki jumlah mata kuliah yang lebih banyak dibanding mabok.

3. KRS-an
       Kalau biasanya mahasiswa suka ribut dan sambat waktu ada KRS-an, maka mabok tidak akan pernah merasakan pengalaman yang satu ini. Kartu Rencana Studi (KRS) adalah kartu yang harus diisi oleh tiap mahasiswa sebelum awal semester dimulai. KRS ini akan mencantumkan mata kuliah beserta kelas,waktu, dan tentunya dosen yang akan mengajar mereka ke depan. Makes tentu akan berusaha sekuat tenaga mendapatkan mata kuliah, dosen serta waktu belajar yang terbaik dan ter-enak menurut mereka. Telat satu menit saja, bisa jadi dosen serta waktu kuliah yang mereka inginkan hanya menjadi angan-angan lalu karena kuota kelas yang tersedia sudah penuh. Jika hal tersebut terjadi, tentulah seorang makes hanya dapat pasrah dengan jadwal kuliah mereka ke depan yang seadanya itu.
      Tak seperti makes, mabok tidak memiliki kesempatan untuk memilih mata kuliah, kelas,waktu apalagi dosen yang bisa mengajar mereka di tiap semester. Mahasiswa blok ini sudah mendapatkan “jadwal” atau paketan hingga akhir studi mereka. Itu pula yang menyebabkan jumlah IP mabok ini tidak mempengaruhi SKS yang mereka dapatkan di semester depan karena “jadwal” yang dimiliki setiap mabok sudah tersusun jumlah SKS-nya sedemikian rupa yang pastinya sama antara mabok satu dengan mabok yang lain. Bisa dikatakan para mabok akan kuliah sama seperti saat mereka SMA dahulu, hanya tinggal menjalani jadwal yang ada. 

     Yup sepertinya cukup sekian, kalau ada pertanyaan atau tambahan kuy lah ditulis di kolom komentar. Kuy kita belajar bareng-bareng ehe...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SMA 3 SEMARANG ? KELAS OLIMPIADE ?

FK UII ? Why ?